Produksi Bijih Nikel Indonesia 15,85 Juta Ton pada Semester 1
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan produksi nikel ore nasional hingga semester I 2020 mencapai 15,85 juta ton. Hampir seluruh produksi tersebut disalurkan untuk memenuhi kebutuhan domestik atau dalam negeri yang sejalan dengan aturan larangan ekspor bijih nikel.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral, Ditjen Minerba Yunus Saefulhak menjelaskan dari 15,85 juta ton tersebut 13,19 juta ton diserap industri smelter dalam negeri. Sedangkan sisanya diekspor.
Untuk produk turunan nikel, seperti feronikel realisasi produksinya hingga Juni mencapai 666.696 ton yang sebagian besar dijual ke luar negeri. “Sebanyak 517.077 ton ekspor dan 177.462 ton dijual domestik,” kata Yunus.
Produk turunan nikel ore lainnya adalah Nikel Pig Iron (NPI) yang realisasi produksinya mencapai 418.955 ton dengan penjualan ke luar negeri atau ekspor sebesar 136.192 ribu ton. Sementara penjualan ke dalam negeri lebih besar, yakni 175.700 ton.
Untuk realisasi produksi nikel matte hingga Juni 2020 mencapai 46.092 ton, hampir seluruh produksinya di jual ke pasar luar negeri atau diekspor yakni mencapai 39.705 ton.
Jika merujuk klaim Kementerian ESDM realisasi produksi nikel ore atau bijih nikel pada semester I masih jauh dari kemampuan atau kapasitas produksinya bisa mencapai 60 juta ton.
Sepanjang tahun lalu saja produksi nikel ore mencapai 52,7 juta ton atau meningkat 136 persen dari realisasi produksi 2018 sebesar 22,1 juta ton.
Sementara untuk produksi nikel matte pada 2019 sebesar 65.103 ton, turun dibanding dengan produksi tahun sebelumnya sebesar 75.708 ton. Produksi yang menurun membuat ekspor nikel matte tahun lalu hanya sebesar 64.219 ton, turun dibanding 2018 sebesar 75.708 ton.
Produksi feronikel 2019 mencapai 1.100.066 ton dengan volume ekspor sebesar 1.034.060 ton. Realisasi produksi dan ekspor feronikel tahun lalu meningkat dibanding 2018 dimana produksi dan ekspornya hanya 573.159 ton.
Untuk NPI, realisasi produksi tahun 2019 sebesar 692.429 ton sementara volume ekspor sebesar 130.170 ton. Sementara untuk tahun 2018 realisasi produksi dan ekspor NPI sebesar 323.989 ton.
Momentum kendaraan listrik Indonesia
Motor listrik memerlukan baterai lithium dan kabar baiknya adalah baterai lithium itu bisa dibuat di Indonesia, karena memang ada komponennya.
Terkait produksi baterai lithium dengan bahan baku nikel, saat ini pemerintah sudah mengizinkan pendirian pabrik bahan baku baterai Harita Group di Maluku Utara. Pabrik hasil kerja sama Indonesia dan China ini akan mengolah nikel menjadi baterai yang siap dipakai oleh berbagai jenis kendaraan listrik.
Komponen pertama yang bisa jadi baterai lithium, yang memang sudah siap secara teknologi itu dari unsur nikel. Di Morowali sudah dibangun pabrik baterai lithium. Hal ini diprediksi bisa menjadi tulang punggung dari baterai lithium untuk motor listrik atau mobil listrik Indonesia di masa depan.
Indonesia optimis dapat memproduksi baterai lithium dari nikel, dengan teknologi hidrometalurgi, tidak ada waste (sisa produksi), tapi di satu sisi ini bisa mendorong energi terbarukan. Karena nanti kalau Indonesia sudah menuju listrik dan listriknya digerakkan dengan energi terbarukan, akhirnya kita tidak usah khawatir dengan harga baterai yang saat ini dikeluhkan sangat mahal.
–
Sumber: Harian Aceh